Kisah Bung Karno, Marylin Monroe, Dan CIA

Jakarta - Kegandrungan Sukarno kepada Marylin Monroe telah dimanfaatkan intelijen Amerika Serikat?
Bukan rahasia lagi jika dikatakan Presiden Sukarno adalah seorang pengagum perempuan cantik. Hal itu bahkan diakuinya sendiri kepada penulis biografi asal Amerika Serikat, Cindy Adams.

"Bukan suatu dosa atau tidak sopan kalau seseorang mengagumi seseorang perempuan cantik,"ungkapnya dalam Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia (disusun oleh Cindy Adams).

Tak aneh jika media massa Barat kerap mengejek Sukarno sebagai dari Asia. Dalam kenyataannya, hidup Si Bung Besar memang dikelilingi perempuan-perempuan cantik nan menawan. Hal itu terjadi selain memang tampan, Bung Karno juga merupakan pribadi yang hangat dan menarik.

Tak aneh jika banyak perempuan dari berbagai negara berupaya mendekatinya. "Siapa tahu di antaranya juga dikirimkan oleh agen intelijen asing?"ungkap R. Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) dalam otobiografi-nya, Saksi Sejarah: Mengikuti Perjuangan Dwitunggal.

Salah satu artis dunia yang pernah bikin heboh karena pertemuannya dengan Sukarno adalah Marylin Monroe. Itu terjadi berkat andil Joshua Logan, sutradara film 'Bus Stop' yang diperani oleh Marilyn. Logan bertemu Sukarno saat dia mengunjungi sekitar 200 pekerja movie di Hollywood dalam kunjungan ke Amerika Serikat pada 1956.

Untuk menghormati kedatangan Sukarno dan rombongan, malam harinya, Eric Allen Johnston (Presiden Film Organization of America) membuat perhelatan di The Beverly Hills Hotel. Sebenarnya kehadiran Marilyn tak ada dalam jadwal pesta penyambutan itu. Joshua Logan saja yang kemudian berinsiatif mengajak Marylin.

"Saya ingin kau menemui sahabat saya nanti malam,"bujuk Logan kepada Marilyn. Tanpa ragu Marylin mengiyakan permintaan Logan. Padahal esok harinya dia akan berulang tahun ke 30 dan harus terbang malam itu juga ke New York untuk suatu acara.

Singkat cerita, datanglah Marilyn ke pesta tersebut. Dengan gaun gelap berleher panjang-nya, Marilyn seolah menghidupkan suasana pesta. Selain Marilyn, hadir juga para aktor terkenal lainnya termasuk Gregory Peck, George Murphy (kelak menjadi legislator) dan Ronald Reagan (kelak menjadi presiden AS).

Kehadiran Marilyn benar-benar bak magnet bagi semua orang yang hadir di acara tersebut. Tak terkecuali bagi Sukarno. Saat mengetahui kedatangan Marilyn, dengan gaya seorang gentleman, sang presiden menghampiri artis blonde tersebut.

Mereka bertemu dalam suasana akrab hampir selama 45 menit. Layaknya dua sahabat yang lama yang tak bertemu. Momen itu tak disia-siakan oleh para fotografer Amerika Serikat dan Indonesia.

Marilyn dengan basa-basi mengatakan bahwa dia menyesal tak diundang ke pesta itu. Namun Sukarno tak peduli dia diundang atau tidak, asalkan sudah bertemu dengannya. "Tujuan saya datang ke Amerika antara lain untuk menemuimu,"kata Sukarno.

Pertemuan itu meninggalkan beberapa kisah menarik yang berkembang melampaui batas-batas fakta sebenarnya. Dalam buku Siren The Secret Life of Marilyn Monroe yang ditulis Anthony Summers, ada bagian yang menyebut tentang terjadinya event diantara dua legenda itu.

Namun menurut Lambert Giebels (penulis buku Soekarno, 1901-1950 dan Soekarno, 1950-1970), soal kebenaran cerita itu sangat sulit dikonfirmasikan. Apalagi untuk dibenarkan.

Sang perantara pertemuan itu yakni Joseph Logan sendiri seolah membiarkan spekulasi sensitif beredar di kalangan pers dengan menyatakan "Saya pikir mereka berdua melakukan pertemuan lanjutan setelah pesta itu,"katanya.

Namun yang jelas, pertemuan antara Sukarno dan Marilyn Monroe tersebut menuai isu kencang di kalangan pejabat elite AS. Ya wajar saja, karena Sukarno dikenal sebagai seorang 'pemuja perempuan' sementara bintang Hollywood itu merupakan sang penggoda ulung.

Dan memang, sedikit yang mengetahui soal apa yang dibicarakan Sukarno dengan Marilyn dalam perjamuan di Beverly Hills Hotel akhir Mei 1956 itu. Meski demikian, rumor tentang apa yang terjadi setelah pertemuan itu tetap saja bertiup santer.

Dalam Celeb Secrets: Official Government Files on the Rich as well as Famous karya Nick Redfern dan Nicholas Redfern, Anthony Summers (seorang yang mempunyai otoritas menulis tentang Monroe) menyebut selama syuting Bus Quit pada 1956, Marilyn bertemu dengan Sukarno.

"Dia ingin memberitahu temannya Robert Slatzer bahwa ia dan Sukarno telah 'menghabiskan malam bersama',"ungkap Summers.

Dalam buku yang mengklaim berbasis data FBI itu, Summers menyatakan apapun yang terjadi pada pertemuan itu tidak ada yang berlalu tanpa diketahui oleh CIA.

"Dalam tahun-tahun itu, Indonesia menjulang sebagaimana Vietnam dalam pantauan Washington sebagai prioritas di Asia,"demikian menurut Nick Redfern dan Nicholas Redfern.

Nick dan Nicholas juga mengungkapkan adanya rekaman (antara 1957 dan 1958) yang mengindikasikan keterlibatan CIA dalam segala bentuk kejahatan untuk menumbangkan Sukarno, yang dipandang AS bertanggung jawab mengarahkan negaranya pada komunisme.

Kendati demikian, ketika AS merasa perlu untuk mengambil hati Sukarno, CIA "bermimpi" untuk menggunakan seks sebagai pancingan. Marilyn Monroe adalah salah satu umpan tersebut.

Menurut Joseph Smith, mantan pejabat CIA di Asia, (dikutip dari buku Siren: The Secret Lives of Marilyn Monroe karangan Anthony Summer season) memang ada pertemuan lanjutan antara Sukarno dan Monroe setelah malam itu.

"Ada upaya untuk membuat Sukarno terus bersama Monroe. Pertengahan 1958, saya mendengar ada rencana untuk membawa mereka bersama ke ranjang,"ujar Joseph Smith di buku itu.

Beberapa sumber AS juga mensinyalir Marilyn sebagai seorang artis yang sengaja direkrut CIA untuk 'menaklukan' Sukarno. Sejauh mana kebenaran dari cerita tersebut? Hanya Tuhan dan CIA yang tahu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Kapal Induk Perang Lawas Yang Efektif Dalam Pertempuran

China Menyerukan As Agar Tidak Menghalangi PBB Redam Serangan Israel ke Palestina

Penjelasan Warna Tuts Hitam Dan Putih Pada Piano